Blog pijat urut ini merupakan referensi yang sangat baik bagi pemijit dalam merawat pasien atau pun awam dalam mencoba melatih terapi pijat dan urut. Banyak pembahasan untuk pijat karena terkilir/keseleo/dislokasi sendi,ThaiYo, merawat dan mereposisi cedera tubuh, accupressure dan refleksi. Untuk pijat Hubungi Rumah Sehat Thera Afiat, Telp./WA 08111494599, 087883171247, Jl.Kelapa Sawit Raya Blok DD No. 15, Kelapa Gading, Jakarta Utara, STPT No: 001/2.60.0/31.72. 06.1001/-1.779.3/2015.
Minggu, 19 Mei 2019
Myofascial Trigger Point Therapy
Myofascial Trigger Point (MTrP)
1. Myofascial Trigger Point (MTrP)
Sampai saat ini keberadaan myofascial trigger point masih sukar diketahui penyebab utamanya. Namun para ahli menuliskan bahwa penyebabnya sangat banyak sesuai dengan varietas gangguannya, yang biasanya banyak berkaitan dengan ganguan organ dalam/alat viscera.
2. Myofascial Trigger Point (MTrP) ?
Myofascial trigger point merupakan suatu titik nyeri yang teriritasi pada otot dengan diameter ± 1 cm. , secara anatomi dan neurofisiologi myofascial trigger point tidak nampak/tidak berhubungan secara langsung antara lesi primer dengan gejala nyeri yang nampak di permukaan kulit.
Menurut Travel ,1997, mengemukakan bahwa myofascial trigger point adalah suatu titik yang sensitif (titik nyeri ) yang terdapat di dalam atau di luar daerah yang cedera dan terlokalisasi pada tingkat segmental umum dari sistem saraf simpatis serta tidak ada hubungan khusus dengan indikasi medis.
3. Ciri – Ciri Myofascial Trigger point.
Menurut Travell dan Janet, 1997, mengemukakan bahwa tanda – tanda dari myofascial trigger point, yaitu :
a. Titik nyeri sekitar 0,5 – 1 cm.
b. Sensitif/hyperalgesi.
c. Tidak mempunyai kaitan khusus dengan indikasi medik.
d. Lokasi diagnostik dan terapi berada di luar area titik nyeri.
e. Keberadaannya sering penderita tidak tahu, tetapi kemungkinan adanya ketidakseimbangan fungsi reflekstoar saraf.
f. Refered pain terjadi di tempat secara spontan saat dirangsang oleh sesudahnya.
Ciri lainnya berupa, adanya embrionik trigger point yang ditemukan sebagai “satelit” dalam keadaan trigger pada area sasaran, adanya painfull point (Tender point) yang tidak berkaitan dengan gejala, trigger point merupakan area peningkatan konsumsi energi dan berkurangnya suplai O2 pada sirkulasi lokal
4. Patologi
Myofascial pain merupakan nyeri yang teriritasi pada otot dengan diameter ± 0,5-1 cm, dengan gejala nyeri lokal pada otot, nampak reaksi vegetatif seperti vasokonstriksi. Munculnya myofascial pain kadangkala tidak disadari oleh penderita dan mungkin ada kaitannya dengan nyeri kronik akibat pembebanan, dalam hal ini posisi tubuh yang tidak seimbang oleh karena spasme otot. Spasme otot yang berlangsung lama akan menimbulkan gangguan sirkulasi darah, sehingga timbul nyeri berupa ischemic pain. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam jangka waktu cukup lama, maka akan terjadi mekanisme adaptasi yang menyebabkan timbulnya myofascial pain. Pada myofascial pain sering ditemukan taut band berupa perasaan tidak enak, geli dan atau rasa kemang-kemang disekitar scapula sebagai akibat terangsangnya tipe saraf III/b pada nyeri kronik akibat pembebanan.
Kerusakan jaringan akibat pembebanan merupakan sumber stimulus nyeri dimana dalam proses tranduksi diubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima oleh ujung-ujung saraf. Stimulus tersebut dapat berupa stimuli fisik(tekanan), suhu dan kimia. Beberapa zat kimia seperti bradikinine, poplitida yang dilepaskan oleh jaringan yang rusak akan merangsang ujung saraf sensoris nyeri. Selanjutnya sinyal nyeri akan dihantarkan oleh serabut saraf kecil tipe A atau III b dan serabut saraf tipe C atau IV. Serabut saraf tipe A dengan kecepatan 15-40m/detik menghantarkan rasa nyeri cepat sedangkan serabut tipe C dengan kecepatan 0,5 – 2,5 m/detik menghantarkan rasa nyeri lambat. Kedua serabut tersebut memasuki medulla spinalis melalui radiks dorsalis naik atau turun satu atau dua segmen di dalam traktus lissauer dan berakhir pada kornu dorsalis substansia grisea medulla spinalis.
Serabut-serabut tersebut selanjutnya menyeberang ke sisi medulla spinalis yang berlawanan dalam kommisura anterior, lalu ke cranial ke otak melalui traktus spinothalmicus dan traktus spinoreticularis, yang pada akhirnya menghasilkan persepsi nyeri yang amat subyektif.
---------
Salah satu treatmen yang bisa diberikan pada Myofascial Trigger Point (MTrP) adalah friction.
1. Friction
Friction merupakan suatu manipulasi atau massage ringan pada suatu titik tertentu pada jaringan dengan gerakan melingkar atau melintang dengan gerakan yang dibentuk tersebut tidak boleh bergeser dari permukaan kulit dan tetap bergerak bersama-sama dengan menggunakan ujung thumb, finger atau tulang yang menonjol pada punggung jari tangan, yang ditujukan pada kapsul sendi, otot,fascia dan ligament.
2. Efek Friction
a. Efek pada sirkulasi darah
Menurut Mannel (hal. 49, 1964),dengan massage berupa friction dapat melancarkan sirkulasi darah secara tidak langsung, dan jika aliran vena menuju ke jantung, maka kecepatan denyut jantung akan meningkat, stroke volume darah akan meningkat, dengan demikian jumlah darah arteri ke perifer meningkat.
b. Efek pada sistem saraf
Nyeri dapat berkurang jika friction diberikan secara kontinyu. Pemberian friction mengakibatkan terjadinya sedative efek (menurunkan nyeri), efek pada sistem saraf tepi dan mungkin juga saraf motorik (Mannel, hal.51, 1964).
Menurut Korr (hal. 62,1996), dasar dari pengurangan nyeri ini diperoleh, antara lain dari : perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan, normalisasi dari tonus otot, berkurangnya tekanan dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman, dan stimulasi pada serabut saraf afferent.
c. Efek pada jaringan otot.
Friction dapat memperbaiki nutrisi, memelihara dan meningkatkan kekuatan otot (Despard, hal. 52, 1964). Menurut Rosenthal, friction dapat memperbaiki keadaan otot menjadi normal, mengurangi dan menghilangkan jaringan fibrous pada fiber otot dan mempercepat proses pengabsorbsian cairan.
Pemberian deep friction pada jaringan otot dapat mencegah terbentuknya/mencerai beraikan perlengketan jaringan yang terbentuk pada fiber otot (Langley dan Hashmato, hal.54, 1964).
d. Efek pada kulit.
Rosenthal (hal.56, 1964), mengatakan bahwa pemberian friction dapat meningkatkan suhu kulit sekitar 2 – 3 °C oleh karena efek mekanik secara langsung , juga dapat mengaktifkan konduktivitas ujung-ujung saraf perifer di kulit.
Menurut Severini dan Venerando (hal. 56, 1964), pemberian deep pressure dapat mengubah suhu kulit, yang dikombinasikan dengan pemberian containing venellilong amide dan butoxethil nicotinate, serta dapat memperpanjang kenaikan suhu kulit, serta menambah aliran darah pada otot.
e. Efek pada sirkulasi limpa.
Massage efektif dalam meningkatkan kecepatan obstruksi pada jaringan cutaneus,otot,sendi, dan cairan connective Pemberian indurasi tehnik dapat menggerakkan cairan ekstramuscular ke dalam limpa dan mengalirkan darah ke limfe.
f. Efek pada metabolisme
Menurut Pemberton (hal. 57, 1964), secara umum proses metabolisme dipengaruhi oleh pengaruh sirkulasi massage – salah satunya tehnik friction, dimana dapat mempercepat proses perbaikan pada jaringan yang mengalami gangguan.
g. Efek pada psikologi.
Konsentrasi penuh dari seorang fisioterapis terhadap pasien dengan pemberian sensasi/perasaan, sentuhan fisik yang lembut akan membuat kepercayaan penuh terhadap pasien untuk menyatakan kesulitan kesehatannya sehingga membuat pasien merasa senang, tenang, dan menghilangkan kecemasan dan salah tafsir (Editor : Elizabeth, hal. 59, 1964).
h. Efek lain dari pemberian friction.
Manipulasi dengan tehnik friction pada gangguan fungsi jaringan lunak, memberikan efek untuk menormalkan kembali fungsi jaringan lunak tersebut via reflekstorik.
Seringkali letak nyeri yang direfleksikan ke permukaan kulit yang sesegmen, tersembunyi antara lain di organ viscera, namun dengan terapi reflekstoar salah satunya tehnik friction pada area nyeri tersebut dapat dicapai hanya dengan stimulasi di kulit area tertentu.
Friction cukup efektif untuk mengurangi nyeri kronik via Stimulasi tipe saraf III a untuk modulasi nocisensor di jaringan lunak serta melemaskan dan mengulur perlengketan jaringan lunak akibat kontraktur dan atau nodulus.
i. Efek piezo elektrik
Adanya suatu tekanan dan regangan menyebabkan timbulnya beban potensial pada jaringan dan akan menarik elektrolit yang mengandung ion positif maupun ion negatif.
Sedikit tulisan dari saya , semoga bermanfaat bagi kita semua.
SourceamirD.a.
IlustrasiVerriJp.Ma.
Rumah Sehat Thera Afiat
Jln. Kelapa Sawit Raya Blok Dd No.15
Kelapa Gading.
Jakarta utara.
Telp. 08111494599
087883171247
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar